DUA AMANAH BESAR UMMAT MANUSIA
Pada alam Ghaibul Ghaib (alam yang dalam keadaan “antah berantah” yang belum awal belum akhir, belum ada sesuatu) yang pada ketika itu belum ada tuhan bernama Allah, maka dalam keadaan itu Diri yang empunya Dzat telah men-tajalli (nyata)-kan diri-Nya untuk memuji Diri-Nya sendiri. Kemudian ditajallikan Nur Allah. Kemudian ditajallinya pula Insan Kamil/Nur Muhammad. Pada peringkat ini dikatakan martabat : ANTA ANA, ANA ANTA.
Maka dalam keadaan ini Diri yang empunya Dzat telah bertanya kepada Nur Muhammad dan sekalian ruh untuk menentukan kedudukan dan taraf ketuhanan dan taraf hamba :
“Apakah Aku ini Tuhan mu ?” Maka menjawablah Nur Muhammad yang mewakili Ruh Al Kudus (Ruh Al Fana) “Ya, Engkaulah Tuhanku” dengan perkataan :
INNI ‘ABDUKA IBNU ‘ABDUKA LAA ‘ABDUKA GHAIRAKA ANTA
(Aku adalah hamba-Mu dari kalangan anak-anak hamba Engkau yang tidak mungkin menyembah hanya Engkau)
Sebagaimana ditegaskan pada Al Qur’an Al Karim :
ALASTU BIRABBIKUM QAALAA BALAA AHIDNAA
(Apakah Aku ini Tuhanmu, maka jawab sekalian ruh : Ya Engkaulah Tuhanku)
Selepas persumpahan ruh ini dilaksanakan maka mulailah era baru di dalam perwujudan Allah SWT.
Firman Allah SWT dalam Hadits Qudsi :
“Aku suka mengenal Diri-Ku, lalu Aku jadikan makhluk ini dan aku perkenankan diri-Ku kepada mereka, lalu mereka pula mengenalkan diri-Ku”
Apa yang dimaksudkan dengan makhluk adalah Nur Muhammad karena seluruh kejadian alam maya ini adalah dijadikan dari Nur Muhammad. Maka sesudah persumpahan tadi jadilah alam maya ini yaitu Alam Kabir.
Dalam pada itu sesungguhnya Dzat Al-Haq yang ingin mengenalkan Diri-Nya telah menyerahkan rahasia Diri-Nya kepada Nur Muhammad. Sebelumnya, tiada satupun makhluk di alam maya ini yang sanggup memikul beban rahasia besar ini. Pernah ditawarkan kepada gunung namun gunung pun tak sanggup.
Tujuan Dzat Al-Haq mentajallikan Nur Muhammad adalah untuk memperkenalkan Diri-Nya sendiri dengan Diri Rahasia-Nya sendiri. Maka diri rahasia-Nya itu ditanggung dan diperakui amanahnya oleh suatu kejadian yang bernama Insan yang bertubuhkan diri bathin bernama Allah. Dan diri yang bernama Allah itulah diri bathin kepada manusia (ruhani).
Firman Allah SWT dalam Hadits Qudsi :
AL INSAANU SIRRI WA ANA SIRRUHU
(Manusia itu adalah rahasia Ku dan Akulah yang menjadi rahasianya)
Firman Allah SWT dalam Al Qur’an :
“Sesungguhnya pernah kutawarkan amanah rahasia diri-Ku kepada langit, bumi dan gunung-gunung tetapi semua tidak sanggup menerimanya karena takut mengabaikan, lalu yang sanggup menerimanya adalah manusia (Insan Kamil)”
Maka, manusia telah menyanggupi menerima rahasia Allah dan tetap menjadi tanggungjawab manusia untuk menjaga amanah Tuhannya dengan cara mengenal dirinya dan memuji dan memuja rahasia dirinya sejak ia dizahirkan ke alam dunia sampai ke hadirat Rabbul ‘Izzati Tuhan pemilik rahasia. Disamping itu manusia juga mendapat amanah untuk memerintah Alam Kabir (alam semesta) yang terbentang luas ini. Hal ini ditegaskan pada beberapa dalil seperti berikut :
Firman Allah SWT dalam Surah Al Baqarah 30 :
“Ingatlah kamu apabila Tuhan memberitahu malaikat untuk menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi ini”.
Firman Allah SWT dalam Surah An Nur 55 :
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa dia bersungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana dia telah menjadikan orang-orang sebelumnya berkuasa dan sesungguhnya dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka”
Hal ini berarti, dua amanah besar yang harus dipikul dan dipertanggungjawabkan oleh manusia adalah :
Untuk tujuan seperti pada no. 1 di atas, maka Adam dizahirkan untuk memperbanyak diri-diri penanggung rahasia dan berkembang dari masa ke masa, dari satu generasi ke generasi yang lain hingga sampailah Alam Kabir mengalami Kiamat dan rahasia dikumpulkan kembali.
Pada konteks ini maka kata “manusia” diartikan sebagai “diri yang mengandung rahasia”. Maka tidak ada pilihan lain, wajiblah bagi setiap manusia untuk mengenal dirinya. Hal ini ditegaskan pada beberapa dalil seperti berikut :
Firman Allah SWT dalam Surah An Nisaa’ 58 :
“Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu supaya memulangkan amanah kepada yang berhak menerimanya (Allah)”
Firman Allah SWT pada Hadits Qudsi :
“Barang siapa mengenal dirinya niscaya akan mengenal Tuhannya”
Firman Allah SWT dalam Surah Az Zariyat 56 :
“Sesungguhnya tidak Aku jadikan jin dan manusia kecuali untuk beribadah/berbakti”
Perlu ditegaskan sekali lagi :
TUJUAN UTAMA ALLAH MENYERAHKAN AMANAH DIRI-NA KEPADA MANUSIA ADALAH UNTUK MEMPERKENALKAN DIRINYA DAN MEMUJI DIRI-NA DENGAN DIRI RAHASIA-NYA YAITU ALLAH MEMUJI DIRI-NYA DENGAN DIRI-NYA SENDIRI
Wallau A’lam Bissawaab.
0 komentar:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Beri Komentar