Martabat Nafsu
Pengertian nafsu yang sesungguhnya bukanlah seperti yang sering kita kenal maknanya di kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini sesungguhnya “nafsu” adalah jiwa manusia, yang awalnya bersih putih seperti kapas. Bayi (bayi : Insan Kamil : Manusia Sempurna) yang dilahirkan adalah putih bersih, penuh dengan gemerlap “NurQalbin” (cahaya hati yang tunduk pada janji dan amanah Allah). Kemudian menjadi penuh coretan-coretan dunia oleh karena mulai lalai dengan janji dan mulai rentan terhadap amanah yang dititipkan Allah kepadanya. Semakin banyak coretan-coretan dunia adalah pertanda semakin jauh manusia terjerumus pada godaan dan hasutan Iblis dan Syeitan yang terkutuk, dan semakin tebal gumpalan darah kotor yang ada pada ujung jantungnya. Jadilah manusia itu mulai mengalami keredupan “Cahaya Hati” pada dirinya. Maka semakin turunlah martabat nafsu/jiwanya di hadapan Allah SWT.
Jadi, makna nafsu/jiwa adalah merujuk pada suatu martabat perilaku manusia untuk sejauh mana dia mampu menjaga NurQalbun agar tetap menyinari seluruh jiwa raganya dengan cara memegang teguh martabat kesucian diri pada hakikat dan makrifat kepada Allah SWT. Nafsu/jiwa inilah nantinya yang akan menjadi dinding (hijab) perhubungan antara hamba dengan Tuhannya.
Walau sangat jauh dari yang sesungguhnya (haq), dengan memohon petunjuk ke hadirat Allah SWT dan memohon ampun atas segala kekhilafan, kita mencoba menggambarkan kedudukan dari uraian di atas sekedar sebagai suatu gambaran sebatas daya upaya manusia yang lemah seperti syair berikut ini :
Seperti layaknya lentera di malam hari
Terang benderanglah aku karena cahayanya, seperti di siang hari
Minyak “zaitun” tlah membuatnya slalu menyala sepanjang malamku
Hingga satu saat nanti habis, maka tiada lagi cahaya lentera
Tiada lagi siang bagiku
Seperti layaknya lentera yang diberikan kepadaku
Jadilah aku pemalas tiada berbalas, yang slalu lupa membersihkan kacanya
Hingga semakin redup cahaya lentera, dari masa ke masa
Sampailah akhirnya, tiada lagi siang bagiku
Walau minyak “zaitun” masih ada
Hanya karena kaca lentera yang sudah menghitam
Perlu dicermati dari syair di atas adalah kata-kata :
Martabat nafsu/jiwa pada diri manusia adalah terdiri dari 7 martabat seperti yang termaktub di dalam Al Qur’an Surah Al Mu’minuun 17 :
“Sesungguhnya Kami telah mencipta ke atas dirimu tujuh jalan (nafsu)”
Yaitu :
3 komentar:
assalamualaikum..penerangan yg ringkas dan padat..boleh dijadikan rujukan??
Udah tentu boleh donk. Selama bermanfaat ;))
heee :D trima kasih yaa..hehe
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Beri Komentar