Sang-rajawali.blogspot.com

Situs personal yang memuat artikel tentang seni, budaya, filsafat, religi, humaniora, mistik, politik, teknologi, free-stuff.
Kirimkan artikel/iklan anda ke : admin.sang-rajawali.blogspot.com. Artikel yang sesuai dengan konten blog ini akan diseleksi dan dimuat di blog ini sesuai katagorinya. Untuk pemasangan iklan private pada "banner jin" akan dimuat setelah kiriman di-approve oleh admin.

Iklan 125 X 125

Iklan 125 X 125

Iklan 125 X 125

My Little Family

My Little Family
Aku - Nurlita Dyah Asmarani - Shourraya Callista (2th)

09 March 2009

Ahli Asbab dan Ahli Tajrid

KEINGINANMU UNTUK BERTAJRID PADAHAL ALLAH MASIH MELETAKKANMU DALAM SUASANA ASBAB ADALAH SYAHWAT YANG SAMAR. SEBALIKNYA KEINGINANMU UNTUK BERASBAB PADAHAL ALLAH TELAH MELETAKKANMU DALAM SUASANA TAJRID BERARTI TURUN DARI SEMANGAT DAN TINGKAT YANG TINGGI.

Dunia ini dinamakan alam asbab (sebab). Perjalanan hidup di dunia bila dipandang melalui mata ilmu atau mata akal akan dapat disaksikan betapa rapi dan sempurnanya susunan sistem sebab musabab yang mempengaruhi segala kejadian.

Tiap sesuatu akan berlaku menurut sebab yang menyebabkan ia berlaku. Hubungan sebab dengan akibat sangat erat. Mata akal melihat dengan jelas citra sebab dalam menentukan akibat. Kesempurnaan sistem sebab musabab ini menjadikan manusia mengambil manfaat daripada anasir dan kejadian alam. Manusia dapat menentukan anasir yang dapat memudharatkan kesehatan lalu menjauhkannya dan manusia juga dapat menentukan anasir yang dapat menjadi obat lalu menggunakannya. Manusia dapat membuat ramalan cuaca, pasang surut air laut, angin, ombak, letusan gunung berapi dan lain-lain karena sistem yang mengawal perjalanan anasir alam berada dalam suasana yang sangat rapi dan sempurna, membentuk hubungan sebab dan akibat yang terpadu.

Allah mengadakan sistem sebab musabab yang rapi adalah untuk kemudahan manusia menyusun kehidupan mereka di dunia ini. Kekuatan akal dan pancaindera manusia mampu menterjemahkan kehidupan yang dikaitkan dengan perjalanan sebab musabab. Dari hasil kajian akal lahirlah berbagai jenis ilmu tentang alam dan kehidupan seperti ilmu sains, astronomi, kedoktoran, teknologi, dan sebagainya. Semua jenis ilmu itu dibentuk berdasarkan perjalanan hukum sebab-akibat. Dalam hal ini manusia bergantung kepada amal (sebab) dalam mendapatkan hasil (akibat).
Manusia yang melihat kepada citra sebab dalam menentukan akibat serta bersandar dengannya dinamakan Ahli Asbab.

Sistem dan hukum sebab musabab sering membuat manusia lupa kepada kekuasaan Allah. Mereka yakin bahwa akibat akan lahir dari sebab, seolah-olah Allah tidak ikut campur dalam urusan mereka. Allah tidak suka jika hamba-Nya sampai kepada tahap mempersekutukan diri-Nya dan kekuasaan-Nya dengan anasir alam dan hukum sebab-akibat ciptaan-Nya. Dialah yang meletakkan citra kepada anasir alam. Dia pula yang meletakkan hukum sebab-akibat. Dengan diutusnya para nabi dan rasul oleh Allah yang membawa mukjizat dan dengan mukjizat itu mampu merombak hukum sebab-akibat adalah agar manusia kembali memandang kepada-Nya, agar paham bahwa sebab musabab tidak akan menghijab ketuhanan-Nya. Kelahiran Nabi Isa a.s yang tanpa ayah, terbelahnya laut yang dipukul oleh tongkat Nabi Musa a.s, tidak mampunya api membakar Nabi Ibrahim a.s saat masuk ke dalamnya, keluarnya air yang jernih dari jari-jari Nabi Muhammad s.a.w dan banyak lagi yang kemukjizatan yang ditampakkan oleh Allah untuk merombak citra hukum sebab-akibat semata-mata untuk menyadarkan manusia tentang hakikat kekuasaan Allah yang melampaui perjalanan alam maya dan hukum sebab-akibat. Alam dan hukum yang ada padanya seharusnya membuat manusia mengenal Tuhan, bukan menutup pandangan kepada Tuhan.

Firman Allah, Surah Al Hadiid :1-2

Segala yang ada di langit dan di bumi tetap mengucap tasbih kepada Allah; dan Dialah Yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana. Dialah saja yang menguasai dan memiliki langit dan bumi; Ia menghidupkan dan mematikan; dan Ia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.

Firman Allah, Surah Al Baqarah :73
Maka Kami (Allah) berfirman: “Pukullah si mati dengan sebagian anggota lembu yang kamu sembelih itu”. (Mereka pun memukulnya dan ia kembali hidup). Demikianlah Allah menghidupkan orang-orang yang telah mati, dan memperlihatkan kepada kamu tanda-tanda kekuasaan-Nya, supaya kamu memahaminya.

Orang yang selalu melihat kepada kekuasaan Allah dan tidak meletakkan citra kepada hukum tersebut, tidak bergantung kepada amal yang menjadi sebab, disebut sebagai Ahli Tajrid.

Ahli Asbab
  1. Bersandar pada citra sebab yang menentukan akibat. Bergantung pada amal (sebab) dalam memperoleh pahala/hasil (akibat).
  2. Mengakui kekuasaan Allah tetapi lemah di penghayatan hati.
  3. Masih perlu bermujahadah (berjuang), memaksa diri untuk berbuat baik dan masih perlu untuk menjaga kebaikan itu agar tidak menjadi rusak. Masih perlu memperingatkan dirinya agar ikhlas dan perlu menjaga keikhlasannya agar tidak dirusak oleh sifat-sifat yang tidak terpuji di hati mereka.
  4. Kebaikan yang dilakukan olehnya adalah merupakan teguran agar mereka ingat kepada Allah yang memimpin mereka kepada kebaikan.
  5. Sebagian dari ahli asbab yang selalu bermujahadah, oleh Allah dikaruniakan ilmu dunia hingga menjadi mulia dunia.
  6. Ahli asbab akan bermuara pada syukur.

Ahli Tajrid
  1. Bersandar pada kekuasaan Allah dan tidak meletakkan citra kepada hukum sebab akibat, tidak bergantung pada amal perbuatan.
  2. Melakukan segala sesuatu menurut peraturan hukum sebab akibat, layaknya ahli sebab, tetapi tetap bersandar pada pengakuan akan kekuasaan Allah terhadap citra yang berlaku pada hukum sebab akibat.
  3. Tidak melihat kepada ikhlas karena tidak bersandar pada amal. Segala kebaikan yang tercipta di dirinya selalu dikembalikan kepada Allah yang telah mengaruniakan kebaikan itu kepadanya.
  4. Kebaikan yang dilakukan olehnya adalah merupakan karunia Allah padanya yang sudah tidak lagi memandang diri dan kepentingannya.
  5. Sebagian dari ahli tajrid dipilih oleh Allah untuk memegang dan menguasai hukum sebab akibat hingga mampu mengubah citra hukum tersebut, seperti para rasul, nabi, dan para wali Allah.
  6. Ahli tajrid akan bermuara pada penyerahan.
Beberapa wali Allah yang dikaruniai memegang hukum sebab-akibat seperti Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani, Abu Hasan as-Sadzily, Rabiatul ‘Adawiah, Ibrahim bin Adham dan lain-lain. Cerita tentang kekeramatan mereka sering diperdengarkan. Kekeramatan biasanya dikaitkan dengan perilaku kehidupan yang zuhud dan bertawakal sepenuhnya kepada Allah s.w.t. Timbul anggapan bahwa jika mau memperoleh kekeramatan seperti mereka mestilah hidup seperti mereka.

Keinginan beralih dari Maqam Asbab ke Maqam Tajrid, dan sebaliknya
Orang yang berada pada peringkat permulaan bertarekat cenderung untuk memilih jalan bertajrid yaitu dengan membuang segala ikhtiar dan bertawakkal sepenuhnya kepada Allah. Sikap bertajrid seperti ini akan membuat seseorang meninggalkan pekerjaan, isteri, anak-anak, masyarakat dan dunia seluruhnya. Perilaku ini biasanya disandarkan pada contoh-contoh teladan yang dilakukan oleh para rasul, nabi, para sahabat, dan wali-wali Allah. Biasanya orang yang bertindak demikian tidak dapat bertahan lama. Pada akhirnya akan meninggalkan kumpulan tarekatnya dan kembali kepada kehidupan duniawi. Bahkan ada juga yang kembali kepada kehidupan yang lebih buruk daripada keadaannya sebelum bertarekat dahulu dengan alasan untuk menebus kembali apa yang telah ditinggalkannya dahulu sejak bertarekat. Keadaan yang demikian terjadi karena akibat bertajrid secara paksa.

Apa yang harus dilakukan bukanlah meniru kehidupan aulia Allah yang telah mencapai maqam yang tinggi dengan istiqomah. Seseorang haruslah melihat kepada dirinya dan menyadari kedudukannya, kemampuannya dan daya-tahannya. Ketika masih di dalam makam asbab seseorang haruslah bertindak sesuai dengan hukum sebab-akibat. Dia harus bekerja untuk mendapatkan rezekinya dan harus pula berusaha menjauhkan dirinya daripada bahaya atau kemudharatan.
Ahli asbab perlu berbuat demikian karena dia masih terikat dengan sifat-sifat kemanusiaan. Dia masih melihat bahwa tindakan makhluk memberi kesan kepada dirinya. Yang demikian ini wajar sekiranya dia mengadakan juga tindakan yang menurut pandangannya akan mendatangkan kesejahteraan kepada dirinya dan orang lain.

Tanda Allah menempatkan seseorang pada kedudukan sebagai ahli asbab ialah apabila urusan dan tindakannya yang menurut kesesuaian hukum sebab-akibat tidak menyebabkannya mengabaikan kewajiban terhadap tuntutan agama. Dia tetap merasa ringan untuk berbakti kepada Allah. Tidak terhanyut dalam nikmat duniawi dan tidak merasa iri hati terhadap orang lain. Apabila ahli asbab berjalan menurut hukum asbab maka jiwanya akan maju dan berkembang dengan baik tanpa menghadapi guncangan besar yang dapat menyebabkan dia berputus asa dari rahmat Allah. Ruhaninya akan menjadi kuat sedikit demi sedikit hingga mendorongnya ke dalam maqam tajrid. Akhirnya dia mampu untuk bertajrid sepenuhnya karena Allah.

Ada pula orang yang dipaksa oleh takdir Allah supaya bertajrid. Orang ini awalnya adalah ahli asbab yang berjalan menurut hukum sebab-akibat sebagaimana orang kebanyakan. Kemudian ternyata kehidupan seperti itu tidak menambah kematangan ruhaninya. Sebab itulah takdir bertindak memaksanya untuk terjun ke dalam lautan tajrid. Dia akan mengalami keadaan dimana hukum sebab-akibat tidak lagi membantunya untuk menyelesaikan masalahnya. Dengan takdir ini, seorang raja kehilangan kerajaannya. seorang hartawan kehilangan hartanya, seorang yang mulia kehilangan kemuliaannya. Takdir akan memisahkannya dari apa yang dimiliki dan dikasihinya. Pada peringkat permulaan menerima kedatangan takdir yang demikian, sebagai ahli asbab, dia berikhtiar menurut hukum sebab-akibat untuk mempertahankan apa yang dimiliki dan dikasihinya. Jika dia tidak berdaya untuk menolong dirinya dia akan meminta pertolongan orang lain. Apabila dia sendiri dengan dibantu oleh orang lain tidak mampu juga mengatasi arus takdir maka tidak ada pilihan kecuali berserah kepada takdir. Dalam keadaan begitu dia akan lari kepada Allah dan meratap agar Allah menolongnya. Pada peringkat ini seseorang tersebut akan kuat beribadah dan menumpukan sepenuh hatinya kepada Tuhan. Dia benar-benar berharap Tuhan akan menolongnya mengembalikan apa yang pernah dimilikinya dan dikasihinya. Tetapi, pertolongan tidak juga sampai kepadanya sehingga dia benar-benar terpisah dari apa yang dimiliki dan dikasihinya itu. Luputlah harapannya untuk memperolehnya kembali dan memaksanya untuk ridha dengan perpisahan itu. Dia tidak lagi merayu kepada Tuhan, tetapi sebaliknya dia menyerahkan segala urusannya kepada Tuhan. Dia menyerah bulat-bulat kepada Allah, tidak ada lagi berikhtiar, pilihan dan kehendak diri sendiri. Jadilah dia seorang hamba Allah yang bertajrid. Apabila seseorang hamba benar-benar bertajrid maka Allah sendiri yang akan mengurus kehidupannya. Allah menggambarkan suasana tajrid dengan firman-Nya : Surah Al ‘Ankabuut :60
Dan (ingatlah) berapa banyak binatang yang tidak membawa rezekinya bersama, Allah jualah yang memberi rezeki kepadanya dan kepada kamu; dan Dialah jua Yang Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui.

Makhluk Allah seperti burung, ikan, kuman dan sebagainya tidak memiliki tempat simpanan makanan. Mereka adalah ahli tajrid yang dijamin rezeki mereka oleh Allah. Jaminan Allah itu meliputi juga bangsa manusia. Tanda Allah meletakkan seseorang hamba-Nya di dalam maqam tajrid ialah Allah memudahkan baginya rezeki yang datang dari arah yang tidak diduganya. Jiwanya tetap tenteram sekalipun terjadi kekurangan pada rezeki atau ketika menerima bala ujian.

Sekiranya ahli tajrid sengaja memindahkan dirinya kepada maqam asbab maka ini bermakna dia melepaskan jaminan Allah lalu bersandar kepada makhluk. Ini menunjukkan akan kejahilannya (kebodohan) tentang rahmat dan kekuasaan Allah. Tindakan yang jahil itu dapat menyebabkan berkurang atau hilangnya keberkahan yang Allah karuniakan kepadanya. Seperti layaknya seorang kyai yang mustajab doanya, saat berpindah menjadi pejabat negara dengan sengaja maka hilanglah kemustajaban doanya.

Seseorang hamba haruslah menerima dan ridha dengan kedudukan yang Allah karuniakan kepadanya. Berserahlah kepada Allah dengan yakin bahwa Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Allah tahu apa yang patut bagi setiap makhluk-Nya.

Keinginan kepada pertukaran maqam merupakan tipu daya yang sangat halus. Di dalamnya tersembunyi dorongan nafsu yang sukar disadari yang dapat berupa kehendak, cita-cita dan angan-angan. Orang yang baru terbuka pintu hatinya setelah lama hidup di dalam kelalaian, akan mudah tergerak untuk meninggalkan suasana asbab dan masuk ke dalam suasana tajrid. Orang yang telah lama berada dalam suasana tajrid, apabila kesadaran dirinya kembali sepenuhnya maka akan kembali pula kepadanya keinginan, cita-cita dan angan-angan. Nafsu akan selalu mencoba bangkit untuk menguasai dirinya.
Ahli Asbab perlu menyadari bahwa keinginannya untuk berpindah kepada maqam tajrid mungkin secara halus digerakkan oleh ego diri yang tertanam jauh dalam jiwanya.
Ahli Tajrid perlu menyadari keinginannya untuk kembali kepada asbab itu mungkin didorong oleh nafsu rendah yang masih belum berpisah dari hatinya.
Sebagian ulama tasawuf mengatakan seseorang mungkin dapat mencapai semua maqam nafsu, tetapi nafsu peringkat pertama tidak kunjung padam. Oleh yang demikian itulah maka bermujahadah harus selalu mengawasi bergeraknya nafsu.


Wallau A’lam Bissawaab.doa



0 komentar:

Beri Komentar

 

Public Ads Info

PT. Reyvita Salsabila. Agen perjalanan untuk ONH Plus, domestik, dan luar negeri. Kantor pusat Jl. A. Wahab Syahrani - Samarinda - Kalimantan Timur. Contact Person : Syafii Jafar (08125523874).

In house Training. Komunitas Pengembangan Teknologi - Polnes telah membuka in house training untuk beberapa paket : Instrumentasi, Interface Programming, Microprocessor, C++ and Assemby Programming. Contact person : Supriadi, SST (081347543575), Agusma W, SST (081350092747), Arif Bram, SST (081347023452).

Kumpulblogger.com Ads Info

Terawangan (percaya atau tidak)

Petarung Linglung.06 Maret 2009, 15:28 PM. Arena pertarungan adalah tempat favoritnya. Senjata adalah mainannya. Berbagai jurus adalah makanannya. Segala bentuk kanuragan dan ilmu kedigdayaan habis tuntas dirampas.Si petarung sekarang merasa telah mencapai titik puncak kejayaan. Nun jauh di sana, sang waktu sedang menanti bertemunya para pemuja petarung dengan orang-orang yang terbantai, bertempurnya dua kekuatan. Puncak kemenangan dan puncak gundah gulana teraniaya. Wallahu a'lam. (sumber : dirahasiakan).

Pemicu sudah tercipta.Maha Besar Allah. Akhirnya pemicu terjadinya takdir-Nya ternyata ditimbulkan dari orang-orang yang memang akan "dimusnahkan"-Nya, bukan dari para pejuang kebenaran. Tunggu saja dan waspada terhadap kaum munafik. Sabar adalah kunci, istiqomah adalah pelindung. (sumber : dirahasiakan).

"Huru-hara besar".Sekitar bulan ketiga tahun 2009 akan terjadi huru-hara besar yang menjadi awal dari huru-hara yang lebih besar lagi. (sumber : dirahasiakan).

Kursi Panas.“Kursi-kursi” yang ada di seantero bumi Nusantara sekarang ini telah banyak yang meningkat suhunya. Entah disengaja atau tidak, setiap orang yang melihat menjadi “enggan”, setiap orang yang duduk di sana menjadi “panas” dan menimbulkan energi “panas” di sekitarnya. Waspada bagi yang melihat, segera introspeksi yang sedang duduk di sana. (sumber : dirahasiakan).

Injury Time.Layaknya permainan sepak bola, sekarang ini sedang berlangsung “injury time” bagi yang sedang “berkuasa” atau yang sedang “menguasai lapangan pemainan”. Semoga “injury time” ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi “semua tim”. Tetapi perlu diwaspadai, event “suddent death” bisa terjadi setiap saat. (sumber : dirahasiakan).

"Rudal nyasar".Tidak selamanya alat “pelacak panas” yang terpasang di setiap “rudal” dapat berfungsi dengan baik. Ada kalanya oleh karena sesuatu dan lain hal, bisa terjadi peristiwa “rudal nyasar”. Bisa dipastikan peristiwa “rudal nyasar” akan berakibat buruk bagi target yang sesungguhnya bukan target. Perlu diwaspadai : “yang dianggap salah belum tentu salah, yang merasa benar sudah pasti tidak benar”. “Rudal nyasar” kebanyakan terjadi oleh karena salah menterjemahkan kata “benar dan salah”. (sumber : dirahasiakan).

Conteng saya.Sekarang ini, langit telah dipenuhi oleh do’a-do’a yang pada intinya bermakna “conteng saya” yang bertarung dengan kemurnian do’a orang-orang yang teraniaya. Do’a-do’a yang bermakna “conteng saya” tetap akan berjaya selama “injury time”. (sumber : dirahasiakan).

Satria emas berkuda putih.Akan datang “satria emas berkuda putih” dengan membawa “seribu pasukan langit” yang tidak tampak bagi hati yang “tertutup nafsu”. Kedatangannya disebabkan oleh “gudang langit” yang sudah tidak mampu lagi menampung do’a orang-orang yang teraniaya. (sumber : dirahasiakan).

Pengikut

Komentar Terbaru

sang-rajawali.blogspot.com is proudly powered by Blogger.com | Fully redesigned template by Onny Gaffar | or please Contact Me