Sang-rajawali.blogspot.com

Situs personal yang memuat artikel tentang seni, budaya, filsafat, religi, humaniora, mistik, politik, teknologi, free-stuff.
Kirimkan artikel/iklan anda ke : admin.sang-rajawali.blogspot.com. Artikel yang sesuai dengan konten blog ini akan diseleksi dan dimuat di blog ini sesuai katagorinya. Untuk pemasangan iklan private pada "banner jin" akan dimuat setelah kiriman di-approve oleh admin.

Iklan 125 X 125

Iklan 125 X 125

Iklan 125 X 125

My Little Family

My Little Family
Aku - Nurlita Dyah Asmarani - Shourraya Callista (2th)

19 January 2009

Perbuatan Zahir dan Suasana Hati



SEBAGIAN DARIPADA TANDA BERSANDAR KEPADA AMAL (PERBUATAN ZAHIR) ADALAH BERKURANG HARAPANNYA (SUASANA HATI) TATKALA BERLAKU PADANYA KESALAHAN.


Terdapat dua jenis amal/perbuatan yaitu :
• Perbuatan zahir
• Perbuatan hati (suasana hati yang berhubungan dengan perbuatan zahir itu).

Beberapa orang dapat melakukan perbuatan zahir yang serupa tetapi suasana hati yang berhubungan dengan perbuatan zahir itu sangatlah beragam. Kesan amaliah zahir kepada hati berbeda antara seorang dengan seorang yang lain. Jika amaliah zahir itu mempengaruhi suasana hati, maka hati itu dikatakan bersandar kepada amaliah zahir. Jika hati dipengaruhi juga oleh amaliah hati, maka hati itu dikatakan bersandar juga kepada amal, sekalipun berupa amaliah batin. Hati yang bebas daripada bersandar kepada amal seperti amal zahir atau amal batin adalah hati yang menghadap kepada Allah SWT dan menggantungkan kepada-Nya tanpa membawa apapun amal, zahir atau batin, serta menyerahkan sepenuhnya kepada Allah SWT tanpa apapun takwil (arti) atau tuntutan. Hati yang demikian tidak menjadikan amalnya (zahir dan batin) sebagai sandaran walau berapa banyak sekalipun, sebagai alat untuk tawar menawar dengan Tuhan untuk mendapatkan sesuatu. Amaliah tidak menjadi perantaraan antara dirinya dengan Tuhannya. Orang yang seperti ini tidak membataskan kekuasaan dan kemurahan Tuhan untuk tunduk kepada perbuatan manusia. Allah SWT Yang Maha Berdiri Sendiri (Qidam) berbuat sesuatu menurut kehendak-Nya tanpa dipengaruhi oleh siapapun dan sesuatu. Apa saja yang mengenai Allah SWT adalah mutlak, tiada pemilikan, pegangan dan batasan.

Oleh karena itu orang arif tidak menjadikan amaliah sebagai pegangan yang merongrong ketuhanan Allah SWT atau ‘memaksa’ Allah SWT berbuat sesuatu menurut perbuatan makhluk. Perbuatan Allah SWT berada di hadapan dan perbuatan makhluk di belakang. Tidak pernah terjadi Allah SWT mengikuti perkataan dan perbuatan seseorang atau sesuatu. Sebelum menjadi seorang yang arif, hati manusia memang masih terikat erat dengan amaliah dirinya, baik yang zahir maupun yang batin. Manusia yang kuat bersandar kepada amaliah zahir adalah mereka yang mencari faedah keduniaan dan mereka yang kuat bersandar kepada amaliah batin adalah yang mencari faedah akhirat. Kedua-dua jenis manusia tersebut percaya bahwa amaliahnya menentukan apa yang mereka akan memperoleh baik di dunia dan juga di akhirat. Kepercayaan yang demikian kadang-kadang membuat manusia hilang atau kurang kebergantungan dengan Tuhan. Kebergantungan mereka hanyalah kepada amaliah semata-mata ataupun jika mereka bergantung kepada Allah SWT, kebergantungan itu bercampur dengan keraguan. Seseorang manusia dapat memeriksa diri sendiri apakah kuat atau lemah kebergantungannya kepada Allah SWT.

Lihatlah kepada hati apabila kita terperosok ke dalam perbuatan maksiat atau dosa. Jika kesalahan yang demikian membuat kita berputus asa daripada rahmat dan pertolongan Allah SWT itu tandanya kebergantungan kita kepada-Nya sangat lemah. Firman-Nya :


“Hai anak-anakku, pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. ( Ayat 87 : Surah Yusuf )

Ayat di atas menceritakan bahwa orang yang beriman kepada Allah SWT meletakkan kebergantungan kepada-Nya walau dalam keadaan bagaimana sekalipun. Kebergantungan kepada Allah SWT membuat hati tidak berputus asa dalam menghadapi dugaan hidup. Kadang-kadang apa yang diinginkan, direncanakan dan diusahakan tidak mendatangkan hasil yang diharapkan. Kegagalan mendapatkan sesuatu yang diinginkan bukan berarti tidak menerima pemberian Allah SWT. Selagi seseorang itu beriman dan bergantung kepada-Nya selagi itulah Dia melimpahkan Rahmat-Nya. Kegagalan memperoleh apa yang dihajatkan bukan bermakna tidak mendapat Rahmat Allah SWT. Apapun juga yang Allah SWT lakukan kepada orang yang beriman pasti terdapat Rahmat-Nya, walaupun dalam soal tidak menyampaikan hajatnya. Keyakinan terhadap yang demikian menjadikan orang yang beriman tabah menghadapi ujian hidup, tidak sekali-kali berputus asa. Mereka yakin bahwa apabila mereka sandarkan segala perkara kepada Allah SWT, maka apapun amal kebaikan yang mereka lakukan tidak akan menjadi sia-sia.

Orang yang tidak beriman kepada Allah SWT berada dalam situasi yang berbeda. Kebergantungan mereka hanya tertuju kepada amaliah mereka, yang terkandung di dalamnya ilmu dan usaha. Apabila mereka mengadakan sesuatu usaha berdasarkan kebisaan dan pengetahuan yang mereka miliki, mereka mengharapkan akan mendapat hasil yang setimpal. Jika ilmu dan usaha (termasuklah pertolongan orang lain) gagal mendatangkan hasil, mereka tidak mempunyai tempat bersandar lagi. Jadilah mereka orang yang berputus asa. Mereka tidak dapat melihat hikmah kebijaksanaan Allah SWT mengatur perjalanan takdir dan mereka tidak mendapat Rahmat dari-Nya.

Jika orang kafir tidak bersandar kepada Allah SWT dan mudah berputus asa, di kalangan sebagian orang Islam juga ada yang demikian, tergantung pada sejauh mana sifatnya menyerupai sifat orang kafir. Orang yang seperti ini melakukan amaliah karena kepentingan diri sendiri, bukan karena Allah SWT. Orang ini mungkin mengharapkan dengan amaliahnya itu dia dapat merasakan kemakmuran hidup di dunia. Dia mengharapkan semoga amal kebajikan yang dilakukannya dapat mengeluarkan hasil dalam bentuk bertambah rezekinya, kedudukannya atau pangkatnya, orang lain semakin menghormatinya dan dia juga dihindarkan daripada bala penyakit, kemiskinan dan sebagainya. Bertambah banyak amal kebaikan yang dilakukannya bertambah besarlah harapan dan keyakinannya tentang kesejahteraan hidupnya.

Sebagian kaum muslimin yang lain mengaitkan amal kebaikan dengan kemuliaan hidup di akhirat. Mereka memandang amal salih sebagai tiket untuk memasuki syurga, juga untuk menjauhkan azab api neraka. Kerohanian orang yang bersandar kepada amaliah sangatlah lemah, terutama bagi mereka yang mencari keuntungan keduniaan dengan amaliahnya. Orang-rang seperti ini tidak tahan menempuh ujian, yang mengharapkan perjalanan hidup senantiasa baik dan segala-segalanya berjalan menurut apa yang direncanakan. Apabila sesuatu itu berlaku di luar perkiraan maka segera menjadi panik dan gelisah. Bala bencana dan petaka yang dialaminya membuat buruk sangka di dirinya bahwa dirinyalah manusia yang paling malang di atas muka bumi ini. Bila berhasil memperoleh sesuatu kebaikan, maka akan mengaku diri bahwa kebaikan tersebut disebabkan oleh kepandaian dan usahanya sendiri. Orang-orang seperti ini mudah menjadi ego serta suka menyombongkan diri baik ditampakkan maupun tidak ke khalayak ramai.

Apabila rohani seseorang bertambah teguh maka dia akan melihat amal itu sebagai jalan untuknya mendekatkan diri dengan Tuhan. Hatinya tidak lagi cenderung kepada faedah duniawi dan ukhrawi tetapi dia berharap untuk mendapatkan karunia Allah SWT seperti terbuka hijab-hijab yang menutupi hatinya. Orang seperti ini akan merasakan amalnya yang membawanya kepada Tuhan. Dia sering mengaitkan pencapaiannya dalam bidang kerohanian dengan amal yang banyak dilakukannya seperti berzikir, bersembahyang sunat, berpuasa dan lain-lain. Bila dia tertinggal melakukan sesuatu amal yang biasa dilakukannya atau bila dia tergelincir melakukan kesalahan maka dia merasa dijauhkan oleh Tuhan. Inilah orang yang pada peringkat permulaan mendekatkan dirinya dengan Tuhan melalui amaliah tarekat tasawuf.

Jadi sesungguhnya terdapat dua golongan manusia dilihat dari amaliahnya :

  1. Golongan orang-orang yang bersandar kepada amaliah semata-mata untuk kepentingan dunia.
  2. Golongan orang-orang yang bersandar kepada Tuhan melalui amal.
Kedua-dua golongan tersebut berpegang kepada citra amal dalam mendapatkan sesuatu. Golongan pertama kuat berpegang kepada amal zahir, yaitu perbuatan zahir yang dinamakan usaha atau ikhtiar. Jika mereka tersalah memilih ikhtiar, hilanglah harapan mereka untuk mendapatkan apa yang mereka hajatkan. Ahli tarekat yang masih di peringkat permulaan juga kuat bersandar kepada amaliah batin seperti sembahyang dan berzikir. Jika mereka tertinggal melakukan sesuatu amaliah yang biasa mereka lakukan, akan berkurang harapan mereka untuk mendapatkan anugerah dari Allah SWT. Sekiranya mereka tergelincir melakukan dosa, akan putuslah harapan mereka untuk mendapatkan anugerah Allah SWT.

Dalam perkara bersandar kepada amal ini, termasuklah juga bersandar kepada ilmu, seperti ilmu zahir atau ilmu batin. Ilmu zahir adalah ilmu perilaku dunia dan pengurusan sesuatu perkara menurut kekuatan akal. Ilmu batin adalah ilmu yang menggunakan kekuatan batin dalam menyampaikan hajat. Termasuk dalam hal ini adalah penggunaan ayat-ayat al-Quran dan mantra. Kebanyakan orang meletakkan citra kepada ayat, mantra dan usaha, hingga mereka lupa kepada Allah SWT yang meletakkan citra kepada tiap sesuatu itu.

Selanjutnya, sekiranya Tuhan izinkan, kerohanian seseorang meningkat kepada maqam yang lebih tinggi. Nyata di dalam hatinya maksud kalimat :


Tiada daya dan upaya hanya dengan Allah.


“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu".
( Ayat 96 : Surah as- Saaffaat )

Orang yang di dalam maqam ini tidak lagi melihat kepada amalnya, walaupun banyak amal yang dilakukannya namun hatinya tetap melihat bahwa semua amaliah tersebut adalah karunia Allah SWT kepadanya. Jika tidak karena taufik dan hidayat dari Allah SWT tentu tidak ada amal kebaikan yang dapat dilakukannya. Allah SWT berfirman yang artinya :

“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab[1097]: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba Aku apakah Aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".
( Ayat 40 : Surah an-Naml )
Al Kitab di sini Maksudnya: ialah Kitab yang diturunkan sebelum nabi Sulaiman ialah Taurat dan Zabur.


“[30] Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
[31]Dan memasukkan siapa yang dikehendakinya ke dalam rahmat-Nya (surga). dan bagi orang-orang zalim disediakan-Nya azab yang pedih.
( Ayat 30 & 31 : Surah al-Insaan )

Segala-galanya adalah karunia Allah SWT dan menjadi milik-Nya. Orang ini melihat kepada takdir yang Allah SWT tentukan, tidak terlihat olehnya citra perbuatan makhluk termasuklah perbuatan dirinya sendiri. Maqam ini dinamakan maqam ariffin yaitu orang yang mengenal Allah SWT. Golongan ini tidak lagi bersandar kepada amal namun, merekalah yang paling kuat mengerjakan amal ibadat.

Orang yang masuk ke dalam lautan takdir, reda dengan segala yang ditentukan Allah SWT, akan senantiasa tenang, tidak berdukacita bila kehilangan atau ketiadaan sesuatu. Mereka tidak melihat makhluk sebagai penyebab.

Di awal perjalanan menuju Allah SWT, seseorang itu kuat beramal menurut tuntutan syariat. Dia melihat amaliah itu sebagai kendaraan yang dapat membawanya hampir dengan Allah SWT. Semakin kuat dia beramal semakin besarlah harapannya untuk berhasil dalam perjalanannya. Apabila dia mencapai satu tahap, pandangan mata hatinya terhadap amal mulai berubah. Dia tidak lagi melihat amaliah sebagai alat atau penyebab. Pandangannya beralih kepada karunia Allah SWT. Dia melihat semua amaliahnya adalah karunia Allah SWT kepadanya dan kehampirannya dengan Allah SWT juga karunia-Nya. Selanjutnya terbuka hijab yang menutupi dirinya dan dia mengenali dirinya dan mengenali Tuhannya.

Dia melihat dirinya sangat lemah, hina, jahil, serba kekurangan dan faqir. Tuhan adalah Maha Kaya, Berkuasa, Mulia, Bijaksana dan Sempurna dalam segala segi. Bila dia sudah mengenali dirinya dan Tuhannya, pandangan mata hatinya tertuju kepada Qudrat dan Iradat Allah SWT yang melingkupi segala sesuatu dalam alam maya ini. Jadilah dia seorang arif yang senantiasa memandang kepada Allah SWT, berserah diri kepada-Nya, bergantung dan berhajat kepada-Nya. Dia hanyalah hamba Allah SWT yang faqir.



0 komentar:

Beri Komentar

 

Public Ads Info

PT. Reyvita Salsabila. Agen perjalanan untuk ONH Plus, domestik, dan luar negeri. Kantor pusat Jl. A. Wahab Syahrani - Samarinda - Kalimantan Timur. Contact Person : Syafii Jafar (08125523874).

In house Training. Komunitas Pengembangan Teknologi - Polnes telah membuka in house training untuk beberapa paket : Instrumentasi, Interface Programming, Microprocessor, C++ and Assemby Programming. Contact person : Supriadi, SST (081347543575), Agusma W, SST (081350092747), Arif Bram, SST (081347023452).

Kumpulblogger.com Ads Info

Terawangan (percaya atau tidak)

Petarung Linglung.06 Maret 2009, 15:28 PM. Arena pertarungan adalah tempat favoritnya. Senjata adalah mainannya. Berbagai jurus adalah makanannya. Segala bentuk kanuragan dan ilmu kedigdayaan habis tuntas dirampas.Si petarung sekarang merasa telah mencapai titik puncak kejayaan. Nun jauh di sana, sang waktu sedang menanti bertemunya para pemuja petarung dengan orang-orang yang terbantai, bertempurnya dua kekuatan. Puncak kemenangan dan puncak gundah gulana teraniaya. Wallahu a'lam. (sumber : dirahasiakan).

Pemicu sudah tercipta.Maha Besar Allah. Akhirnya pemicu terjadinya takdir-Nya ternyata ditimbulkan dari orang-orang yang memang akan "dimusnahkan"-Nya, bukan dari para pejuang kebenaran. Tunggu saja dan waspada terhadap kaum munafik. Sabar adalah kunci, istiqomah adalah pelindung. (sumber : dirahasiakan).

"Huru-hara besar".Sekitar bulan ketiga tahun 2009 akan terjadi huru-hara besar yang menjadi awal dari huru-hara yang lebih besar lagi. (sumber : dirahasiakan).

Kursi Panas.“Kursi-kursi” yang ada di seantero bumi Nusantara sekarang ini telah banyak yang meningkat suhunya. Entah disengaja atau tidak, setiap orang yang melihat menjadi “enggan”, setiap orang yang duduk di sana menjadi “panas” dan menimbulkan energi “panas” di sekitarnya. Waspada bagi yang melihat, segera introspeksi yang sedang duduk di sana. (sumber : dirahasiakan).

Injury Time.Layaknya permainan sepak bola, sekarang ini sedang berlangsung “injury time” bagi yang sedang “berkuasa” atau yang sedang “menguasai lapangan pemainan”. Semoga “injury time” ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi “semua tim”. Tetapi perlu diwaspadai, event “suddent death” bisa terjadi setiap saat. (sumber : dirahasiakan).

"Rudal nyasar".Tidak selamanya alat “pelacak panas” yang terpasang di setiap “rudal” dapat berfungsi dengan baik. Ada kalanya oleh karena sesuatu dan lain hal, bisa terjadi peristiwa “rudal nyasar”. Bisa dipastikan peristiwa “rudal nyasar” akan berakibat buruk bagi target yang sesungguhnya bukan target. Perlu diwaspadai : “yang dianggap salah belum tentu salah, yang merasa benar sudah pasti tidak benar”. “Rudal nyasar” kebanyakan terjadi oleh karena salah menterjemahkan kata “benar dan salah”. (sumber : dirahasiakan).

Conteng saya.Sekarang ini, langit telah dipenuhi oleh do’a-do’a yang pada intinya bermakna “conteng saya” yang bertarung dengan kemurnian do’a orang-orang yang teraniaya. Do’a-do’a yang bermakna “conteng saya” tetap akan berjaya selama “injury time”. (sumber : dirahasiakan).

Satria emas berkuda putih.Akan datang “satria emas berkuda putih” dengan membawa “seribu pasukan langit” yang tidak tampak bagi hati yang “tertutup nafsu”. Kedatangannya disebabkan oleh “gudang langit” yang sudah tidak mampu lagi menampung do’a orang-orang yang teraniaya. (sumber : dirahasiakan).

Pengikut

Komentar Terbaru

sang-rajawali.blogspot.com is proudly powered by Blogger.com | Fully redesigned template by Onny Gaffar | or please Contact Me