Asal Usul Gajah Mada
Gajah Mada merupakan anak desa Modo, Lamongan dengan ibu asal desa Modo, Lamongan dan bapak berasal dari keturunan Timur Tengah/ Arab, untuk sementara ada dugaan bahwa beliau ada silsilah keturunan dengan Syekh Subaqir ( juga ada dugaan bahwa Syekh Subaqir adalah Muhammad al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abu Thalib ( baca Lampiran 6 Sekilas Tentang Muhammad al Baqir dan lihat Lampiran 7 Wirid Harian untuk Hajat dan Rizqi / Apa yang dicita-citakan ) seorang Wali penumbal Tanah Jawa.
Ada bukti dari pertemuan ghoibiyah beberapa Winasis asal desa Karangpakis, Kabuh.bahwa beliau beragama Islam dan berperawakan tegap tinggi besar. Gajah Mada ditemukan oleh Ronggo Lawe, adipati Tuban, era Majapahit Raja R.Wijaya. Dalam perjalanan dari Tuban ke desa Matokan, dekat Kabuh. Sewaktu itu R.wijaya mendirikan kerajaan Majapahit I di daerah ini, yaitu dataran tinggi dengan nama dusun Njeladri, desa Karangpakis, Kabuh, Jombang. Di desa Modo, perbatasan Jombang Lamongan ini, Ronggo Lawe melihat seorang anak usia belasan tahun yang berperawakan tegap gagah sedang berkelahi, kemudian Ronggo Lawe mengasuh anak ini, namanya Trimo-nama kecil Gajah Mada - di Tuban. Setelah usia yang cukup Trimo dimasukkan ke dalam prajurit kerajaan Majapahit oleh Ronggo Lawe dengan pangkat tamtama/ bekel.
Sewaktu pemberontakan Ra Kuti dan Ra Tanca di era Raja Jayanegara, Bekel GajahMada dan lima belas orang bhayangkara yang menyelamatkan raja Jayanagara ke Bedander. Dari kejaran telik sandi Ra Kuti yang disebar di seluruh prajurit Majapahit dan meminta nasehat ke kakeknya yaitu Mbah Wonokerto. Kakek atau Buyut Gajah Mada di desa Bedander ini yaitu mbah Wonokerto pernah meramalkan bahwa kejadian ini akan membawa Trimo/ Gajah Mada akan menjadi orang besar di Majapahit, waktu itu Gajah Mada menjadi ketua pasukan Bhayangkara (lebih tinggi daripada tamtama)
Bukti Sejarah Awal Majapahit Pertama : Desa Matokan, Kabuh , Jombang
- Dalam Pemberontakan RanggaLawe sekitar tahu 1300 M, Lembu Sora memihak kepada R Wijaya, dan memberi nasihat agar menolak rayuan Rangga Lawe untuk melorot Nambi dari kedudukannya sebagai patih amangkubumi, jabatan tertinggi dibawah raja. Nambi, Mahisa Anabrang dan Lembu Sora merupakan lawan politik Rangga Lawe, dalam pertempuran Rangga Lawe dengan Mahisa Anabrang di tepi sungai Tambak Beras, wilayah Kabupaten Jombang, yang dimenangkan oleh Mahisa Anabrang. Lembu Sora serta merta menusuk Mahisa Anabrang dari belakang sehingga menemui ajalnya. Jadi di sungai Tambak Beras yang meninggal dua orang yaitu Rangga Lawe dan Mahisa Anabrang. Pada umumnya perselisihan dalam Keraton Majapahit diselesaikan diluar area yang dekat dengan keraton jika Raja setuju atas sebuah keputusan mengenai perselisihan internal diantara petinggi-petingginya, kecuali Pemberontakan Lumajang karena berkenaan dengan Arya Wiraraja. Jadi tidak salah bahwa Majapahit awal adalah dekat dusun Njeladri, desa Karangpakis, Kabuh.Jombang.
- Tahun 1292 M, negara Majapahit hanya merupakan sebuah desa di sebelah timur sungai Brantas, yang dibangun dengan pembukaan hutan Tarik. Para penduduknya hanya orang Madura yang dikirim oleh adipati Arya Wiraraja untuk menebang Hutan Tarik. Hutan Tarik adalah tanah yang yang tandus yang sukar air dan banyak ilalang. Inilah ciri-ciri Majapahit Awal yang dibangun R Wijaya. Desa ini sebenarnya adalah desa Matokan, Kabuh, Jombang. Ketika orang Madura lapar setelah menebang pohon, mereka mencari buah-buahan. Setelah buah itu dimakan rasanya pahit sekali, mereka dari orang Madura itu yang tidak suka melepehnya dan yang makan terus akhirnya mabuk. Buah itu bernama Maja yang banyak tumbuh di sekitar sungai Brantas. Lihat Ucapan Imam Ali bin Abuthalib dalam Nahjul Balaghah : dunia itu adalah sebuah yang rasanya pahit, semakin dimakan semakin memabukkan.
- Pesan Arya Wiraraja kepada R Wijaya:: Hendaklah R Wijaya menunduk kepada Jayakatwang dan meminta tanah Tarik yang tandus sukar air, dimana ada orang Madura berumah tangga membentuk perkampungan.(lihat Buku Gajah Mada, karangan Prof.Moh.Yamin, hal 20, penerbit Balai Pustaka, 1993).
Prinsip universalitas Keagamaan :
- Setiap Kitab agama apapun mengajarkan kebaikan akhlak , berbuat baik dengan ikhlas dengan menegakan hukum keadilan yang disepakati bersama.
- Surga milik mereka yang berbuat baik dengan ikhlas dan bukan dominasi ekslusif pemeluk agama tertentu.
- Mempercayai adanya Tuhan yang Maha Esa yang artinya Tuhan semua agama adalah sama dan Hak Prerogatif Tuhan untuk menurunkan KitabNya kepada bangsa manapun. Tidak ada yang lebih mulia atas suatu agama kecuali ketaqwaan kepadaNya.
- Agama adalah mengajarkan bagaimana hamba menyembah sang Pencipta, dan bersifat personal.
- Hubungan atau interaksi dalam masyarakat yang berbeda agama adalah wahana meng-implementasikan keimanan dalam bentuk membantu sesama, kepedulian sosial dan tidak menyombongkan diri atau rendah hati dalam pergaulan.
Prinsip universalitas Keagamaan dalam al Qur’an :
Semua nabi ( 124 000 nabi) membawa ajaran yang satu yang dimaksud adalah syahadat pertama- tiada Tuhan selain Alloh dan misi akhlakul karimah ( qur’an surat 21:25), manusia dahulu adalah umat yang satu, kemudian berselisih agama ( syariat/ millah) ( qur’an surat 10:19 dan qur’an surat 43:45), masalah syariat adalah masalah adaptasi perubahan zaman merujuk kepada syahadat kedua - pengakuan terhadap tiap nabi, karena nabi rasul diutus sesuai kondisi zamanya agar dapat memperbaiki keadaan. Ketika zaman berubah maka syariat juga mengikuti perubahan yang dalam istilah fiqihnya nasikh wa mansukh ( hapus dan menghapuskan ). Para rasul adalah dari kalangan kaumnya/ suku bangsanya sendiri , sedangkan suku bangsa didunia ini ada puluhan ribu maka tak heran ada 124000 nabi dengan agama yang bermacam-macam yaitu hindhu, budha, kristen, yahudi, sikh, zoroaster dll. Tetapi masih juga didustakan ( qur’an surat 16:113 dan surat 38: 4). Tiap rasul menggunakan bahasa kaumnya dan tiap umat/ sukubangsa mempunyai rasulnya sendiri artinya tiap suku bangsa di dunia ini punya nabi atau guru kebenaran sendiri-sendiri seperti di Jawa dll (Qur’an surat 10:47 dan surat 14 :04). Hal ini merupakan perwujudan dari Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa ( berbeda –beda tetapi satu, tidak ada kebenaran yang mendua sebab Tuhan adalah Tunggal dan Transenden, tetapi termanifestasi ke berbagai bentuk ). Dalam kitab Sutasoma karangan mpu Tantular. Ini adalah salah satu modal dasar negara ini untuk menjadi mercusuar dunia.
Ada beperapa versi tentang asal – usul Gajah Mada, ada yang keturunan Arab, China dll benar tidaknya perlu digali lebih dalam lagi agar semua menjadi jelas dan kita tidak tertipu oleh ”SEJARAH”.
Wallahu a'lam bissawaab.......
0 komentar:
Beri Komentar