Dosa orangtua adalah pada saat tidak mampu mendidik anak-anaknya menjadi anak yang baik & berbakti pada orangtua. Kelak si anakpun tidak akan mampu menjadi orangtua.
Tapi apakah menjadi dosa orangtua pula jika si anak memang tidak berkeinginan menjadi anak yang baik, apalagi berbakti pada orangtua.
Konon menurut cerita turun temurun, sesungguhnya orangtua tidak sedikitpun memiliki hak terhadap anak-anaknya manakala si anak masih balita. Justru orangtua wajib belajar banyak dengan segala tingkah laku si anak balita, karena di situlah letak kemurnian perbuatan makhluk Allah yang bernama manusia, anak balita.
Sayang, orangtua lebih banyak berprinsip "mumpung masih kecil sebaiknya dididik dengan keras supaya kelak dewasa nanti menjadi kebanggaan orangtua". Nah, mungkin di sinilah letak kekhilafan kita menterjemahkan posisi dan kedudukan antara orangtua dan anak.
Pendapat pribadi saya, dengan berpedoman pada dalil Aqly (dalil akal) adalah sebagai berikut :
- Sampai dengan usia balita, perilaku dan perbuatan anak adalah secara alamiah sebagai bentuk proses adaptasi perkembangan otak, pancaindera, dan bagian-bagian tubuh psycomotoric terhadap lingkungan sekitarnya. Apapun itu, segala sesuatu pasti ada yang namanya "Default", "Operating System", atau apalah istilahnya, yang bertujuan memberikan pondasi terhadap terjadinya "inisiasi" aktivitas. Secara nalar sangatlah tidak bisa diterima jika orangtua berpendapat bahwa merekalah yang berhak "menanam" OS bagi si anak. Bayangkan, apakah orangtua yang menyebabkan si anak langsung menangis pada saat pertama kali keluar dari gua garba sang ibu. Tidak ada alasan yang mampu membantah, jika menggunakan akal dan hati yang jernih, bahwa ada kekuatan Yang Maha Halus yang telah menanam OS pada si anak hingga mampu beradaptasi sampai dengan umur balita. Maka wajiblah bagi orangtua untuk belajar tentang perilaku alamiah si anak balita demi untuk memahami OS yang telah ditanam ke jabang bayi. Tujuannya agar si orangtua juga menyadari sesungguhnya dirinya siapa.
- Sangatlah bodoh bagi sebagian orangtua yang memaksakan konsep-konsep pendidikan kepada anak usia balita, sementara si anakpun secara keduniaan masih sukar untuk melakukan komunikasi multilateral dengan siapapun manusia di sekitarnya, kecuali hanya sebatas isyarat-isyarat yang hanya mampu diterjemahkan dengan hati bersih. Celakanya lagi, sebagian orangtua telah mengartikan dengan bebas apapun isyarat dari si anak sesuai dengan keinginannya sendiri, entah benar atau tidak, entah sesuai atau tidak dengan apa yang dimaksud oleh si anak. Wallahu a'lam.
- Konsep adaptasi alam, baik evolusi maupun revolusi, tetap berlaku bagi apapun kejadian. Siapa yang kuat dialah yang mampu bertahan hidup. Sepertinya konsep ini secara sadar atau tidak juga berlaku di komunikasi antara orangtua dengan si anak usia balita. Tidak ada yang bisa mungkir bahwa pastilah orangtua yang menang di dalam pertarungan "konsep hidup" yang harus diterapkan oleh si anak. Jika ini yang terjadi maka orangtua harus bersiap-siap untuk bertanggungjawab secara utuh terhadap apapun yang akan dilakukan si anak kelak di usia dewasa. Orangtua telah berusaha mengubah, menambah, mengurangi, atau bahkan mencoba mengganti OS yang telah ditanam oleh Sang Maha Halus ke diri jabang bayi.
- Bahkan para pakar dunia pun mengakui tidak ada sesuatupun di dunia ini yang memiliki kesamaan mutlak. Ini terbukti dengan ditemukannya DNA sebagai salah satu rumus yang super rumit yang menggambarkan konstruksi biologis makhluk hidup dengan kemungkinan kombinasi dan permutasi yang hampir tidak terbatas. Maka begitu hebatnya orangtua jika berusaha untuk memaksakan "konsep hidup"nya ke diri si anak yang seolah-olah telah berusaha melakukan proses "cloning" karakter orangtua ke si anak. Mungkinkah itu ? Sayang sekali, dalam hal ini prinsip yang digunakan adalah "tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini".
Menurut pendapat pribadi saya (dengan dasar dalil aqly) dampak yang mungkin terjadi adalah :
- Akan tercipta karakter orangtua ke diri si anak, seperti para ahli yang melakukan proses cloning. Praktis si anak hampir-hampir kehilangan jati dirinya sendiri.
- Pengetahuan yang paling dasar yang langsung diterima oleh si anak di usia balita adalah, Menurut karena Dipaksa, Memaksa agar Menurut.
- Siapa yang lebih kuat dialah yang berhak Memaksa.
Besarnya dampak negatif yang ditimbulkan dari ketiga hal di atas adalah sejalan dengan berkembangnya usia, lingkungan yang ditempatinya, dan orang-orang yang berada di sekelilingnya. Na 'udzu billah.
Aku pun, kini adalah orangtua bagi anakku : Shourraya Callista Fanany. Aku tidak ingin suatu saat dia berpikir orangtuanya telah lemah dan layaklah baginya untuk melakukan konsep-konsep "dunia terbalik" seperti di atas. Na 'udzu billah.
Aku pun, juga orangtua bagi semua anak-anakku mahasiswa, baik di Teknik Elektro maupun di Teknologi Informasi. Kini aku telah mengalami fenomena yang luar biasa, sebagian besar mahasiswa Teknologi Informasi telah dengan terang-terangan tidak mau lagi diajar olehku hanya dengan alasan telah tidak masuk sebanyak empat (4) kali. Maka tidak ada jalan lain bagiku untuk menghindar. Di depan Kajur TI dan Bapak Direktur Polnes beserta pengelola TI dan rekan-rekan dosen lainnya, aku harus meminta maaf atas kesalahanku tidak mengajar. Walau tetap diputuskan tidak diperkenankan lagi mengajar, tetapi aku bahagia telah berkesempatan meminta maaf ke semua yang hadir, entah memang salah atau dikondisikan salah. Biarlah Allah yang menilai. Biarlah ini menjadi wahana bagiku untuk mengevaluasi diri, siapa tahu hari-hari kemarin banyak perilaku dan perbuatanku yang tidak mencerminkan sikap sebagai orangtua bagi semua mahasiswa ku.
Ya Allah, ampunilah aku. Ampunilah orang-orang yang tidak memohon ampun kepada-Mu atas segala kesalahan dan kekhilafan mereka.
0 komentar:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Beri Komentar