Seperti yang telah dibahas pada artikel sebelumnya (silahkan klik di sini) tentang bagaimana luar biasanya otak manusia. Dengan ribuan bahkan jutaan sel syaraf yang mampu terhubung secara “unik” dimana setiap hubungan yang terjadi (synapsis) bila teraktivasi akan menghasilkan “sesuatu” sesuai dengan maksud dan tujuannya. Sekarang bagaimana kita mampu mengolah kekuatan daya pikir tersebut untuk dioptimalkan agar menjadi orang yang penuh dengan percaya diri.
Kita tahu dengan pasti bahwa di dunia ini selalu terjadi apa yang dinamakan “pasangan”, seperti misalnya : baik-buruk, benar-salah, lelaki-perempuan, siang-malam, dll. Setiap pasangan selalu mengandung kutub yang saling berlawanan walau sebenarnya terhubung secara unik dan saling terkait. Buktinya, tidak ada “baik” jika tidak ada “buruk”, tidak ada “benar” jika tidak ada “salah”, dan seterusnya.
Dalam hal ini yang coba kita “selami” adalah “hubungan unik dan saling terkait dari dua kutub yang saling berlawanan” dari setiap “pasangan” yang ada di muka bumi ini. Artinya setiap “entity” pada setiap “pasangan” akan menjadi “pembanding” atau pun “lawan” bagi entity yang lain pada “pasangan” itu.
Kembali pada masalah “percaya diri” maka entity lawannya adalah “tidak/kurang percaya diri”. Lebih singkatnya langsung saja kita coba untuk mengumpulkan beberapa fenomena penyebab kurang “percaya diri” berdasarkan pengamatan sehari-hari, seperti berikut ini :
- Anggapan yang berlebihan terhadap kelebihan orang lain dibanding diri sendiri. Misalnya : memuji kecerdasan teman yang berlebihan sehingga kecerdasan sendiri tidak lagi dipercaya.
- Anggapan terhadap diri sendiri yang “lemah & penuh kekurangan” sehingga ada rasa ketergantungan terhadap orang lain yang berlebihan. Misalnya : bila sedang menghadapi masalah, yang pertama kali terbetik pada benaknya adalah siapa orang dekat yang bisa menolong, bukan berpikir bagaimana menghadapi masalah tersebut.
- Sering menduga-duga perkiraan hasil dari sesuatu yang akan dilakukan yang lebih mengarah pada “dugaan hasil negatif”. Misalnya : jika akan melakukan sesuatu sering muncul di dalam benak kata-kata seperti “jangan-jangan….”, “kalau gagal bagaimana….”, dan lain-lain.
- Dan lain-lain.
Secara ringkas, pada dasarnya terdapat tiga hal yang menjadi penyebab utama timbulnya rasa kurang percaya diri, yaitu :
- Menilai orang lain serba berkelebihan.
- Menilai diri sendiri serba berkekurangan.
- Sering berpikir negatif terhadap dugaan hasil dari apa yang akan dilakukan.
Jika kita menggunakan konsep “pasangan kutub” seperti uraian sebelumnya maka untuk menjadi percaya diri semestinya yang dilakukan adalah :
- Menilai orang lain serba berkekurangan.
- Menilai diri sendiri serba berkelebihan.
- Sering berpikir positif terhadap dugaan hasil dari apa yang akan dilakukan.
Jika hal di atas kita terapkan mungkin kita akan menjadi “over confidence” atau kelewat percaya diri bahkan akan mengarah pada sifat sombong.
Mari kita coba sedikit mengembangkan pola hubungan sel syaraf kita agar menghasilkan “synapsis” yang bila diaktivasi akan menghasilkan “sesuatu” yang arif dan bijak, menjadi seperti demikian :
- Mengakui kelebihan orang lain sesuai dengan porsinya serta menilai kekurangan orang lain juga sesuai dengan porsinya.
- Menilai kelebihan diri sendiri secara obyektif dan mau serta mampu mengoptimalkan kelebihan tersebut untuk “menutupi” kekurangan orang lain.
- Mengakui kekurangan diri sendiri secara jujur dan mau serta mampu meneladani kelebihan orang lain untuk “menutupi” kekurangan diri sendiri secara arif dan bijak.
- Selalu berpikir positif tentang apapun hasil dari sesuatu yang akan dilakukan.
Sedikit uraian tentang bagaimana nikmatnya “percaya diri” :
- Tidak pernah ragu untuk melakukan sesuatu yang telah dipikir dan dipertimbangkan secara matang oleh diri sendiri. Apapun nasehat atau pertimbangan dari orang lain hanyalah sebagai referensi belaka. Tidak lebih.
- Tidak pernah menyalahkan orang lain dengan apapun yang telah dilakukannya sendiri.
- Tidak pernah menyesal, sakit, sedih, susah, frustasi yang berlebihan dari setiap hasil yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh karena diri sendiri telah yakin dengan pertimbangan sendiri tentang baik dan buruknya dari apa yang akan dilakukan. Andaikata hasil tidak sesuai maka diri sendiri percaya bahwa ada “hikmah” yang tersembunyi di dalamnya.
- Tidak pernah merasa bangga, senang, bahagia yang berlebihan dari setiap hasil yang sesuai harapan oleh karena semua itu telah dipertimbangkan secara matang sebelumnya.
Menjadi percaya diri bukan berarti untuk menjadi lebih dari orang lain. Menjadi percaya diri adalah langkah awal untuk dapat menjadi orang yang arif dan bijak, yang mampu memandang segala sesuatu di sekitarnya secara obyektif dan selalu mempertimbangkan manfaat atau mudharat dari setiap apa yang akan dilakukan.
Be your self…….be confidence ......!!!
Wallahu a’lam bissawaab.
0 komentar:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Beri Komentar