Jalan Segitiga
Bedahan tentang diri manusia akan lebih menarik bila dikaitkan dengan analogi dimensi bangun, SEGITIGA. Konseptualisasi ini kita dekatkan dengan setiap sudut segitiga adalah merupakan salah satu “jalan hidup” pada diri manusia. Lantas bagaimana bila segitiga yang kita pilih adalah sama kaki, dimana di setiap sudutnya adalah “Tuhan”, “Makhluk”, dan “Diri”.
Jalan Segitiga
Mari kita perhatikan ilustrasi gambar di bawah ini.
Tuhan. Dalam hal ini adalah kutub yang menjadi arah bagi keyakinan kita bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara, untuk menuju ke kehidupan abadi berikutnya.
Diri. Adalah diri kita sendiri yang sedang melakukan apapun aktivitas di dunia ini dan bertanggungjawab penuh secara mandiri terhadap apapun yang kita lakukan.
Makhluk. Adalah segala sesuatu di luar diri kita. Merupakan kutub bagi manusia dalam berkehidupan di dunia ini.
Jalan hidup vertikal
Dari segitiga di atas tampak bahwa “jalan hidup vertikal” adalah hubungan diri kita dengan Tuhan. Secara sepintas terlihat dari segitiga di atas bahwa dengan memilih jalan hidup vertikal maka praktis akan “meniadakan” jalan hidup horisontal. Konon, orang-orang yang memilih jalan ini dikatakan sebagai “orang akherat” atau yang lebih mementingkan akherat (kehidupan abadi nanti).
Jalan hidup horisontal
Bila kita melihat segitiga di atas maka “jalan hidup horizontal” bisa diartikan sebagai hubungan diri kita dengan apapun yang ada di dunia ini di luar diri kita. Secara sepintas terlihat dari segitiga di atas bahwa dengan memilih jalan hidup horizontal maka praktis akan “meniadakan” jalan hidup vertikal. Konon, orang-orang yang memilih jalan hidup ini dikatakan sebagai “orang dunia” atau yang lebih mementingkan keduniaan.
Analisis sederhana dari kedua jalan itu adalah :
Artinya, kedua jalan hubungan di atas harus digunakan semua. Akan tetapi yang menjadi pokok masalah adalah bagaimana menggunakannya. Konsep keseimbangan tidaklah mungkin dicapai oleh karena bila konsep ini digunakan maka tetap akan terjadi “pemisah” antara kedua jalan tersebut, dan tidak saling terhubung.
Konsep “Jalan Segitiga” sangat sederhana
Konsep Jalan Segitiga lebih mengutamakan prinsip “berjalan seiring walau tidak bercampur, tiada yang dicampuri dan tiada yang mencampuri”. (Nah loh…apa lagi ini….). Bagi yang telah mengenyam dunia pendidikan (ups…sorry yach…) pastilah sudah mengenal istilah transformasi koordinat. Singkatnya kita lihat saja langsung pada gambar berikut :
Tampak pada gambar di atas bahwa transformasi terjadi dari sumbu Y (vertikal) ke sumbu X (horisontal) dengan sumbu zero, dan bukan sebaliknya.
Artinya, jika kita menjalankan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan niat dan SOP (Standard Operational and Procedure) yang ada maka seharusnya setiap langkah yang dijalani melalui Jalan Vertikal semestinya akan menambah bekal langkah kita di Jalan Horisontal. Akan tetapi, setiap langkah yang kita jalani melalui Jalan Horisontal sangatlah sukar untuk bisa menambah langkah kita melalui Jalan Vertikal.
Bingung gak nih……Moga-moga tidak yach.
Contoh praktis di kehidupan sehari-hari adalah demikian :
Catatan penting ….!!!
Wahhh….capek juga nih. Untuk sementara sampai di sini dulu yach……
Be your self…….!!!
Wallahu a’lam bissawaab.
0 komentar:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Beri Komentar